Meski
Madinah dikatakan telah berada di bawah cahaya Islam dan Rasulpun
berada di kota tersebut, namun tidak berarti bahwa dakwah dan tugas
kerasulan usia sudah. Ayat-ayat suci Al-Quran yang selama kurang lebih
12 tahun turun di Mekkah tetap turun di kota yang dulunya bernama
Yatsrib ini.
Ayat-ayat yang turun di kota ini biasa disebut dengan ayat-ayat Madaniyah. Ayat-ayat ini biasanya panjang-panjang dan berisi tentang hukum. Kebalikan dari ayat Makiyah, ayat yang turun di Mekkah yang biasanya pendek-pendek dan berisi tentang surga dan neraka.
Bila ketika di Mekkah Rasulullah harus lebih banyak menghadapi kaum Musrykin maka di Madinah ini para ahli kitablah yang menjadi tantangan berat. Disamping juga orang-orang Munafik yang tampaknya mau memeluk Islam karena terpaksa, demi menjaga kekuasaannya.
Dalam Al-Quran, kata Ahli kitab adalah ditujukan bagi orang-orang yang sebelum datangnya Islam telah pernah menerima kitab suci dari Sang Khalik yaitu Al-Injil dan At-Taurat. Itulah orang-orang Nasrani dan Yahudi. Merekalah sebenarnya yang menjadi pemicu mengapa penduduk Madinah berbondong-bondong mau memeluk Islam dan menerima kehadiran Rasul di tengah-tengah mereka.
Dulu, sebelum datangnya Islam, orang-orang suku Aus dan Khahraj selain sering berperang melawan orang-orang Yahudi juga saling berperang diantara keduanya. Lalu dengan congkaknya, orang-orang Yahudi sering berkata bahwa akan datang seorang nabi, utusan Allah yang akan memutuskan perkara dan perselisihan diantara mereka. Mereka bahkan mengatakan bahwa orang-orang yang tidak mau mengakui utusan Allah ini akan diazab sebagaimana Allah mengazab orang-orang yang durhaka di masa lalu.
Namun nyatanya ketika utusan itu datang justru sebagian besar orang-orang Yahudi dan Nasrani inilah yang mendustakannya. Mereka bukan saja enggan mengakui bahwa Muhammad adalah utusan Allah bahkan merekapun menganggap bahwa Muhammad dan apa yang dibawanya adalah sihir !
“Dan (ingatlah) ketika Isa Putra Maryam berkata: “Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)” Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: “Ini adalah sihir yang nyata“. (QS.Ash-Shaaf(61):6).
Adalah sebuah mukjizat bahwa Rasulullah dapat hijrah dan diterima penduduk Madinah pada umumnya. Bahkan menjadikan Rasulullah pemimpin pula ! Dibawah kepimpinan beliau inilah sebuah piagam kota yang isinya mengatur berbagai hal disusun. Itulah Piagam Madinah. Padahal orang-orang Yahudi yang amat membenci dan memusuhi Islam sebenarnya telah mendiami kota ini jauh sebelum hijrahnya Rasulullah dan para sahabat. Allah, Ya … Dialah Yang Maha Memiliki Rencana.
Al-Barra’ menjelaskan bahwa suatu hari, Rasulullah berpapasan dengan orang-orang Yahudi. Mereka membawa seseorang dari kalangan mereka yang dihukum jemur dan cambuk. Beliaupun bertanya: ” Apakah seperti ini hukuman bagi pezina di dalam Kitab kalian?” “Ya” jawab mereka. Lalu Rasul memanggil seorang pendeta mereka dan bertanya, “ Demi Allah yang menurunkan Taurat kepada Musa. Apakah benar-benar seperti ini hukuman bagi pezina di dalam Kitab kalian?” Pendeta itu menjawab, “ Sesungguhnya tidak seperti itu. Jika kau tadi tidak bersumpah terlebih dahulu aku takkan menjelaskan yang sebenarnya. Di dalam Kitab kami, hukuman zina adalah rajam. Namun karena banyak dari kalangan pembesar melakukannya, kamipun membiarkannya. Jika pelakunya adalah dari kalangan rakyat kami menerapkan hukuman itu atasnya. Karena itu, berdasarkan hasil musyawarah, kami menerapkan atas kalangan pembesar dan rakyat, hukuman jemur dan cambuk”. Rasulpun bersabda, “ Ya Allah, aku adalah orang pertama yang menghidupkan kembali perintah-Mu setelah dihapus mereka”. Rasulpun melakukan perajaman atas orang Yahudi yang berzina itu. Kemudian turun ayat 41 surat Al-Maidah.(HR. Ahmad dan Muslim).
“ … … … dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan (Taurat) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini (yang sudah dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah”. … … … ”.(QS.Al-Maidah(5):41).
Ibnu ‘Abbas memaparkan bahwa pada zaman jahiliyah, bani Nadhir lebih mulia dari pada bani Quraizhah. Jika seseorang dari Quraidzah membunuh seseorang dari bani Nadhir, baginya qishash (balasannya dibunuh juga). Namun bila sebaliknya, hukumannya cukup membayar tebusan seratus wasaq tamar. Saat Muhammad telah menjadi Rasulullah terjadi pembunuhan di antara mereka, yaitu seorang lelaki bani Nadhir membunuh seorang lelaki dari bani Quraizhah. Saat hukuman akan ditegakkan diantara mereka ada yang berkata, “ Diantara kita ada utusan Allah. Mari kita minta fatwa kepada Muhammad”. Lalu turun ayat 42 surat Al-Maidah. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Nasa’i dan Ibnu Jarir).
“Mereka itu adalah orang-orang yang suka mendengar berita bohong, banyak memakan yang haram. Jika mereka (orang Yahudi) datang kepadamu (untuk meminta putusan), maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka, atau berpalinglah dari mereka; jika kamu berpaling dari mereka maka mereka tidak akan memberi mudharat kepadamu sedikitpun. Dan jika kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) di antara mereka dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil”. (QS.Al-Maidah(5):42).
Demikian pula halnya dengan pengikut Nasrani, umat nabi Isa yang menuhankan sang utusan. Nabi Allah yang oleh umatnya disebut Yesus ini kadang dianggap sebagai anak Tuhan kadang dianggap sebagai Tuhan itu sendiri. Beliau diutus kepada kaum Yahudi pada awal abad Masehi, setelah orang-orang Yahudi lama tenggelam dalam kesesatan.
“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi Bani Israil) dengan `Isa putera Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Kitab Taurat. Dan menjadi petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa.”.(QS.Al-Maidah(5):46).
Tanpa mengenal rasa lelah, bosan apalagi takut, berulang kali Rasulullah menyampaikan ayat-ayat Al-Quran yang khusus ditujukan kepada mereka itu. Rasulullah sama sekali tidak memaksa mereka untuk berpindah agama dan mengikuti syariat Islam. Karena yang dikehendaki-Nya adalah kembali ke jalan yang benar, mendudukkan hukum Taurat dan Injil sesuai aslinya sekaligus mengamalkannya.
“Dan hendaklah orang-orang pengikut Injil, memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik”.(QS.Al-Maidah(5):47).
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.(QS.Al-Baqarah(2):62).
As-Suddi menjelaskan bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan para sahabat Salman Al-Farisi. Mereka masih memeluk agama Nasrani dan belum sempat memeluk agama yang dibawa Rasulullah. Mereka sungguh beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, meski tetap memeluk agama semula, ibadah mereka tetap diterima dan mendapat pahala dari Allah swt.(HR.Ibnu Abi Hatim dan Al-Adni).
Tiap umat memiliki aturan dan syariat masing-masing. Kita disuruh berlomba dalam berbuat kebaikan dengan dasar keimanan yang benar, yaitu menyembah hanya kepada Allah Yang Satu, Allah swt, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan. Tiada satupun sekutu dan mitra bagi-Nya.
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu”.(QS.Al-Maidah(5):48).
“dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” .(5):49-50)
Ibnu ‘Abbas memaparkan bahwa kedua ayat di atas turun berkenaan dengan Ka’ab bin Usaid, Abdullah bin Shuriya dan Syasy bin Qais yang suatu saat mendatangi Rasulullah dan berkata, “Muhammad sesungguhnya kau mengetahui bahwa kami adalah para pendeta yang terhormat dan dihargai. Jika kami mengikuti engkau, orang-orang Yahudi juga akan mengikuti dan tidak akan menentang kami. Sesungguhnya antara kami dan kaum kami telah terjadi perbedaan pendapat. Karena itu, sekarang kami minta keputusan darimu atas perselisihan yang terjadi. Berilah kemenangan kepada kami dan kami akan beriman kepadamu. Namun rasul enggan melakukan itu.(HR.Ibnu Ishaq).
Dari hadits-hadits diatas dapat dilihat bahwa kaum Nasrani, orang-orang Yahudi bahkan para pendetanya itu sebenarnya percaya bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Sayangnya mereka hanya mau tunduk dan mematuhi beliau bila mereka mendapat keuntungan.
Melalui surat Al-Fatihah, sehari 17 kali kita, umat Islam, diwajibkan memohon kepada Allah swt agar diberikan petunjuk ke jalan yang lurus. Jalan yang lurus tersebut bukan jalan yang ditempuh orang-orang yang sesat yaitu jalannya kaum Nasrani yang tersesat karena menganggap Isa as adalah Tuhan. Dan bukan juga jalannya orang-orang Yahudi yang dimurkai karena mereka sengaja tidak mau menjalankan isi Taurat dan bahkan menyembunyikannya.
“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui?”. (QS.Ali Imran(3):71)
Kembali ke menu daftar isi